Pertarungan Mengejutkan: AMD Ryzen AI Max+ 395 vs. Apple M4 Pro
AMD baru-baru ini merilis benchmark performa AI yang menampilkan chipset Ryzen AI Max+ 395 yang bertenaga, seperti yang ditemukan di Asus ROG Flow Z13 (2025). Benchmark ini mengadu chip Ryzen dengan Intel Core Ultra 7 258V, yang ditampilkan dalam Asus Zenbook S14 (UX5406). Tidak mengherankan, prosesor Lunar Lake kelas menengah Intel kesulitan untuk menandingi kekuatan tipis dari APU Ryzen AI Max Strix Halo, terutama dalam tugas-tugas AI yang berfokus pada GPU.
Namun, perbandingan ini hanya berfokus pada persaingan AMD-Intel, mengabaikan pesaing yang lebih relevan: Apple. Untuk memberikan perspektif yang lebih komprehensif, kami telah melakukan analisis terperinci, membandingkan prosesor ini dengan silikon Apple.
Menyelami Lebih Dalam Pendekatan Benchmarking AMD
Metodologi AMD menyimpang dari benchmark standar industri. Sebaliknya, ia menggunakan metrik ‘token per detik’ untuk mengevaluasi bagaimana Lunar Lake dan Strix Halo menangani berbagai kerangka kerja AI Large Language Model (LLM) dan Small Language Model (SLM), termasuk DeepSeek dan Phi 4 milik Microsoft.
Seperti yang diantisipasi, komponen GPU yang kuat dalam Ryzen AI Max+ 395 secara signifikan mengungguli grafis terintegrasi Intel Arc 140V yang lebih kecil yang ditemukan di Lunar Lake. Hasil ini hampir tidak mengejutkan, mengingat bahwa chip Lunar Lake Intel dirancang khusus untuk laptop AI PC ultra-portabel, beroperasi pada ambang daya yang jauh lebih rendah daripada Ryzen AI Max+. Selain itu, tidak realistis untuk mengharapkan kinerja GPU yang sebanding dari notebook ultra-tipis versus mesin yang berfokus pada game seperti Flow Z13.
Perbandingan yang Tidak Cocok?
Sementara AMD Ryzen AI Max+ 395 dan seri Intel Core Ultra 200V keduanya adalah CPU x86 yang mampu menangani beban kerja AI, perbandingan antara Zenbook S14 dan ROG Flow Z13 sama dengan mengevaluasi kehebatan gaming Asus ROG Ally X terhadap ROG Strix Scar 18. Mereka mewakili perangkat yang secara fundamental berbeda, menggabungkan perangkat keras yang berbeda dan dirancang untuk kasus penggunaan yang sama sekali berbeda.
Perlu juga dicatat bahwa AMD sudah menawarkan pesaing langsung ke Lunar Lake dalam seri Strix Point dan Krackan Point Ryzen AI 300.
Memvalidasi Klaim AMD dan Memperkenalkan Apple ke Dalam Campuran
Karena tidak adanya tes standar dan angka skor keras dalam benchmark kinerja AMD, kami mereferensikan silang temuan mereka dengan benchmark laboratorium kami sendiri.
Klaim AMD tentang ‘Prosesor x86 Paling Kuat untuk LLM’ berlaku untuk Strix Halo. Namun, penting untuk menyadari bahwa Strix Halo menyimpang dari desain CPU seluler konvensional. Ia berbagi lebih banyak kesamaan dengan M4 Max atau M3 Ultra berbasis Arm milik Apple. Ini menciptakan perbandingan x86 versus Arm, di mana chipset high-end Apple masuk ke dalam kelas CPU yang sebanding dengan Ryzen AI Max, kategori di mana Lunar Lake tidak termasuk.
Meskipun kami kekurangan data benchmark untuk M4 Max atau M3 Ultra saat ini, kami memiliki hasil pengujian dari ‘laptop Apple paling kuat yang pernah kami uji,’ MacBook Pro 16 yang dilengkapi dengan chipset M4 Pro.
Perbandingan yang Lebih Tepat: HP ZBook 14 Ultra vs. MacBook Pro 16
Idealnya, untuk perbandingan chip dan produk yang lebih langsung, sistem peluncuran lain untuk APU Ryzen AI Max, HP ZBook 14 Ultra, akan menjadi pesaing yang lebih cocok melawan MacBook Pro. Laptop premium Apple telah lama menjadi tolok ukur bagi para profesional desain, menjadikan HP ZBook 14 Ultra sebagai subjek uji yang menarik terhadap MacBook Pro 16.
Sayangnya, kami belum memiliki kesempatan untuk menguji ZBook 14 Ultra G1a. Akibatnya, kami menggunakan Flow Z13 untuk perbandingan ini.
Memverifikasi Klaim AMD dengan Asus Zenbook S14
Kami mempertahankan Asus Zenbook S14 yang ditenagai Intel Core Ultra 7 258V dalam perbandingan untuk memvalidasi pernyataan AMD. Seperti yang diharapkan, Zenbook S14 menempati ujung bawah spektrum kinerja dibandingkan dengan pembangkit tenaga listrik Apple dan AMD.
Geekbench AI Benchmark: Perspektif Lintas Platform
Sementara Ryzen AI Max+ 395 di ROG Flow Z13 menunjukkan keunggulan yang jelas dalam kinerja gaming, M4 Pro menawarkan persaingan yang sangat kuat dalam tugas-tugas AI yang intensif GPU, sebagaimana dibuktikan oleh benchmark Geekbench AI.
Meskipun benchmark Geekbench AI memiliki keterbatasan dalam mengukur kinerja AI, ia berfungsi sebagai benchmark lintas platform yang dirancang untuk membandingkan CPU dan GPU. Ini berbeda dengan benchmark ‘Token per detik’ yang dilaporkan AMD, yang lebih menantang untuk direplikasi dalam pengujian independen.
Ryzen AI Max+ 395: Kekuatan yang Harus Diperhitungkan
Penampilan kuat Apple MacBook Pro 16 melawan Flow Z13 dalam benchmark kami tidak mengurangi fakta bahwa Ryzen AI Max+ 395 adalah chipset yang sangat kuat. Ini adalah chip berperforma tinggi dan serbaguna yang telah menunjukkan hasil yang mengesankan dalam beban kerja kreatif dan gaming. Ini mewakili pendekatan baru untuk desain prosesor x86, dan itu pantas mendapatkan penghargaan Best-in-Show kami di CES 2025.
Kami sangat terkesan dengan kinerjanya di ROG Flow Z13, dan kami sangat menantikan untuk menguji versi PRO di HP ZBook 14 Ultra. Kami juga berharap untuk melihat AMD mengintegrasikan Ryzen AI Max ke dalam jajaran sistem yang lebih luas, memberikan lebih banyak peluang untuk perbandingan benchmark.
Kebutuhan akan Persaingan yang Lebih Kuat di Arena Chipset Kelas Atas
Munculnya prosesor yang kuat seperti Ryzen AI Max+ 395 menyoroti kebutuhan berkelanjutan akan persaingan yang kuat di pasar chipset kelas atas. Apple Silicon, meskipun mengesankan, tentu saja bisa mendapatkan keuntungan dari rival yang lebih kuat, mendorong batas-batas kinerja dan inovasi lebih jauh. Perbandingan, meskipun kompleks, menunjukkan bahwa lanskap berubah, dan arsitektur x86 tradisional berkembang untuk memenuhi tuntutan beban kerja yang digerakkan oleh AI. Masa depan menjanjikan pertandingan yang lebih menarik karena teknologi ini terus berkembang.
Memperluas Area Tertentu dan Menambahkan Lebih Banyak Detail
Mari kita selidiki beberapa area spesifik dan memberikan wawasan yang lebih bernuansa:
1. Metrik ‘Token per Detik’:
Pilihan AMD tentang ‘token per detik’ sebagai metrik utama patut mendapat perhatian lebih lanjut. Meskipun memberikan ukuran kecepatan pemrosesan untuk model bahasa, itu tidak sepenuhnya menangkap kompleksitas kinerja AI. Faktor-faktor seperti akurasi model, latensi, dan efisiensi daya sama pentingnya. Tingkat ‘token per detik’ yang tinggi tidak selalu berarti pengalaman pengguna yang unggul jika output model tidak akurat atau jika mengkonsumsi daya yang berlebihan.
Selain itu, model bahasa spesifik yang digunakan dalam pengujian AMD (DeepSeek dan Phi 4) bukanlah benchmark yang diadopsi secara universal. Kinerja pada model ini mungkin tidak mewakili kinerja pada LLM dan SLM populer lainnya. Evaluasi yang lebih komprehensif akan melibatkan jangkauan model yang lebih luas, yang mencerminkan beragam tugas dan aplikasi AI.
2. Peran Grafis Terintegrasi:
Kesenjangan kinerja yang signifikan antara Ryzen AI Max+ 395 dan Intel Core Ultra 7 258V sebagian besar disebabkan oleh perbedaan kemampuan grafis terintegrasi. Chip Ryzen menawarkan GPU yang jauh lebih kuat, yang sangat menguntungkan untuk beban kerja AI yang dapat memanfaatkan akselerasi GPU.
Namun, penting untuk mengakui bahwa grafis terintegrasi, bahkan dalam chip high-end seperti Ryzen AI Max+, masih memiliki keterbatasan dibandingkan dengan GPU diskrit. Untuk tugas-tugas AI yang paling menuntut, kartu grafis khusus tetap menjadi solusi yang disukai. Perbandingan ini menyoroti pentingnya grafis terintegrasi yang berkembang untuk pemrosesan AI, tetapi tidak boleh ditafsirkan sebagai pengganti GPU diskrit dalam semua skenario.
3. Perdebatan x86 vs. Arm:
Perbandingan antara Ryzen AI Max+ (x86) dan Apple M4 Pro (Arm) menyentuh perdebatan yang lebih luas seputar dua arsitektur prosesor ini. Sementara x86 secara tradisional mendominasi pasar PC, Arm telah mendapatkan daya tarik yang signifikan dalam perangkat seluler dan semakin menantang x86 di laptop dan bahkan desktop.
Prosesor Arm sering disebut-sebut karena efisiensi dayanya, sedangkan chip x86 umumnya dikaitkan dengan kinerja yang lebih tinggi. Namun, garis-garisnya menjadi semakin kabur. Ryzen AI Max+ menunjukkan bahwa x86 dapat diadaptasi untuk desain hemat daya, sementara chip seri-M Apple telah membuktikan bahwa Arm dapat memberikan kinerja yang mengesankan.
Pilihan antara x86 dan Arm pada akhirnya tergantung pada kasus penggunaan dan prioritas spesifik. Untuk perangkat ultra-portabel di mana masa pakai baterai sangat penting, Arm mungkin memiliki keunggulan. Untuk workstation berperforma tinggi di mana daya mentah menjadi perhatian utama, x86 tetap menjadi pesaing yang kuat. Ryzen AI Max+ mewakili contoh menarik tentang bagaimana x86 dapat berkembang untuk bersaing dalam lanskap yang terus berkembang.
4. Pentingnya Optimasi Perangkat Lunak:
Kemampuan perangkat keras hanyalah salah satu bagian dari persamaan. Optimasi perangkat lunak memainkan peran penting dalam memaksimalkan kinerja AI. Baik AMD maupun Apple berinvestasi besar-besaran dalam ekosistem perangkat lunak yang disesuaikan dengan platform perangkat keras masing-masing.
Platform ROCm AMD menyediakan seperangkat alat dan pustaka untuk mengembangkan dan menerapkan aplikasi AI pada GPU AMD. Kerangka kerja Core ML Apple menawarkan kemampuan serupa untuk silikon Apple. Efektivitas tumpukan perangkat lunak ini dapat secara signifikan memengaruhi kinerja AI dunia nyata.
Perbandingan yang adil antara platform perangkat keras yang berbeda juga harus mempertimbangkan tingkat optimasi perangkat lunak yang tersedia untuk masing-masing platform. Ada kemungkinan bahwa chip yang kurang kuat dapat mengungguli chip yang lebih kuat jika mendapat manfaat dari dukungan perangkat lunak yang unggul.
5. Arah Masa Depan:
Kemajuan pesat dalam AI mendorong inovasi berkelanjutan dalam desain prosesor. Kita dapat berharap untuk melihat akselerator AI yang lebih khusus diintegrasikan ke dalam chip masa depan, semakin mengaburkan batas antara CPU, GPU, dan unit pemrosesan AI khusus.
Persaingan antara AMD, Intel, dan Apple kemungkinan akan meningkat, yang mengarah ke prosesor yang lebih cepat, lebih hemat daya, dan lebih berkemampuan AI. Persaingan ini pada akhirnya akan menguntungkan konsumen dan mendorong adopsi AI di berbagai aplikasi yang lebih luas. Evolusi perangkat keras dan perangkat lunak akan sangat penting dalam membentuk masa depan komputasi AI. Pengembangan berkelanjutan dari benchmark dan metodologi pengujian baru juga akan sangat penting untuk mengevaluasi secara akurat kinerja sistem yang semakin kompleks ini. Perlombaan sedang berlangsung untuk menciptakan solusi pemrosesan AI terbaik, dan tahun-tahun mendatang menjanjikan kemajuan yang menarik.
Peningkatan konstan dalam pemrosesan saraf dan perangkat keras AI khusus kemungkinan akan mengarah pada perubahan paradigma dalam cara kita berinteraksi dengan teknologi.